Sunday, December 16, 2012

Sakit itu ada gunanya

Setiap kita tentu tidak suka sama yang namanya ‘sakit’. Ketika dia datang, haduuh, rasanya ingin waktu cepat berlalu, tidak sabaran menanti waktu dimana kita bisa sembuh/lepas dari sakit itu. Seperti yang aku alami beberapa minggu ini (ups mulai deh curcolnya :p).

Sembari menunggu waktu itu berlalu, dan menjalaninya, ternyata, lewat sakit itu, Tuhan mengajarkan dan menyadarkanku akan beberapa hal, yang tak kudapatkan jika dalam kondisi tidak sakit.

1. Kita semakin diajarkan bagaimana cara agar tidak lagi mengalami hal (yang membuat sakit) yang sama. Mungkin sebelumnya kita pernah tau teori tentang hal itu, tapi dengan sudah mengalaminya juga, kita bisa semakin mengerti dan menguasai keadaan tersebut.
Aku jadi teringat sama kata-kata seorang sahabatku, Icha, “hiruplah sakitnya dalam-dalam, agar kau benar2 mengerti betapa harusnya kau berhenti dari kesalahan itu”. (kurang lebih begitu ya nang? Agak lupa, udah 3 tahun yang lalu soalnya. hihi).
Dengan pelajaran itu, kita juga bisa menjadi berkat bagi orang lain dengan membagikan pengalaman kita itu agar mereka tidak sampai merasakan sakit yang kita rasakan.
*Ini kalau kasusnya, sakit itu merupakan akibat dari kesalahan sendiri ya*

2. Kita bisa semakin mensyukuri setiap bagian tubuh kita yang tidak mengalami sakit. 
Bukankah dunia itu selalu punya dua sisi: ada jahat, ada baik; ada kaya, ada miskin; ada hidup, ada mati. Maka sebagaimana sehat adalah hal yang wajar bagi kita, maka begitu juga dengan sakit. Dan sewajar kaki kita mendapatkan luka, maka sewajar itu pula kepala kita yang terluka. Jadi walau kaki terluka dan melahirkan rasa perih yang sangat dalam, kita tetap bisa bersyukur untuk bagian tubuh yang lain yang tidak ikut menyumbangkan rasa sakit. Kita juga jadi lebih mensyukuri kesehatan yang selama ini kita anggap biasa-biasa saja, setelah lepas dari rasa sakit itu.
Jadi teringat kata-kata seorang pengawal (yang kudapat dari buku Menapaki Hari Bersama Allah, Yohan Candawasa), “Jika kondisi tidak berubah menjadi lebih buruk daripada sebelumnya, orang susah menyadari betapa beruntungnya dia.”

3. Kita bisa turut merasakan penderitaan orang lain. Hal ini kudapati ketika waktu itu aku sedang merintih kesakitan, karna kakiku yang semakin membengkak dan sangat susah untuk diletakkan di lantai, sampai aku terpaksa melompat-lompat dengan satu kaki buat bisa bergeser (seperti sedang bermain engklek). Pas lagi kesakitan itu, datang pikiran “coba Ren, kamu bayangkan, kalau kamu dilahirkan tanpa kaki, atau bayangkan kamu dilahirkan dengan kaki, tapi karna suatu penyakit yang parah, kakimu mau tak mau harus diamputasi!”  huaaah..can’t imagine! Memikirkannya saja membuatku gak tahan sampai menitikkan air mata, apalagi jika mengalaminya! Kemudian pikiran beranjak pada orang-orang disana yang hidup tanpa kaki. Selama ini aku kurang terlalu ikut merasakan penderitaan mereka. Dulu aku berpikiran, ya itu nasib mereka lah. Tapi sekarang.. T.T
Dengan turut merasakan penderitaan orang lain, hati kita pun mudah tergerak untuk mendoakan dan menolong mereka.

4. Kita bisa semakin dekat pada Tuhan, dan semakin merasakan betapa Tuhan itu sangat mencintai kita. Lewat sakit itu, aku merasakan betapa Tuhan sangat inginnya menjagaku agar tetap berada pada jalanNya. Lewat sakit itu juga, aku bisa benar-benar merasakan kekuatan yang berasal dariNya saja. Ya, lewat sakit itu, aku disadarkan betapa sesungguhnya aku manusia yang begitu lemah, tak berdaya, tak dapat berdiri sendiri, tak bisa menyembuhkan diri sendiri, yang benar-benar sangat membutuhkan Tuhan, dan tak bisa lepas sedetik pun dariNya.

Itu lah yang kudapat selama aku menjalani rasa sakit selama beberapa minggu ini. Kini, hampir menyudahinya. Rasa sakitnya udah mulai redaan (cuma sesekali doank muncul rasa seperti dicubit), dan jalannya udah mulai gak pincang lagi :D Ngerasain banget campur tangan Tuhan yang luar biasa dalam proses ini. Khususnya ketika di kamis pagi yang lalu, aku terkaget-kaget lihat bengkak di kaki berkurang banyak, padahal di rabu malamnya, aku dalam kondisi benar-benar frustasi! Udah 11 hari, tapi tuh rasa perih dan bengkaknya gak kunjung reda juga. Memang sakit sekali rasanya, apalagi tetap mesti ngantor dengan pulang-pergi Cibubur-Senen, pindah-pindah angkutan, di dalam angkot juga kaki terpaksa lumayan ditekuk, di busway juga berdiri lama. Sering banget dalam hati bilang “lebih mending sakit hati deh, Tuhaan, daripada sakit karna luka-luka begini aaaaaa”. Soalnya kalau hati khan udah bisa n ngerti cara ngontrolnya gimana (gayaa, :D), tapi kalau ini khan mau gak mau harus tetep dirasain sakitnya.

Oh iya, jadi di minggu-minggu sebelumnya, aku juga ngalamin yang namanya sakit hati (ups :D). Jadi tuh pelajaran-pelajaran di atas didapatnya ya dari dua jenis rasa sakit ini :p Jadi mikir, setelah menyembuhkanku dari sakit hati selama berminggu-minggu, sekarang Tuhan membawaku pada sakit badan (selama berminggu-minggu juga). haha. Entah apa lah Tuhan ini, segitu pengennya ya Dia semakin mempercantikku lagi dan lagi. :D Ah, i’m so loved!



-ditulis tepat 2 minggu setelah kejadian kesrempet mobil-
-dedicated to my lovely and caring family, people and books around that have encouraged me, and especially for my Great Lover and The Giver of Amazing Strength, God-




*fyi, judul tulisan terinspirasi dari judul salah satu bab dalam buku "MendapatkanMu dalam Kehilanganku" tulisan Pak Yohan Candawasa, "Susah itu Ada Gunanya"

Thursday, December 6, 2012

Teguran

(Ditulis pada tanggal 30 November 2012, tapi baru bisa dipostnya sekarang)

Meskipun saya dapat berbicara dengan berbagai bahasa manusia, bahkan dengan bahasa malaikat sekalipun, tetapi saya tidak mengasihi orang lain, maka ucapan-ucapan saya itu hanya bunyi yang nyaring tanpa arti.
Meskipun saya pandai menyampaikan berita dari Allah, dan mengerti semua hal yang dalam-dalam, dan tahu segala sesuatu serta sangat percaya kepada Allah sehingga dapat membuat gunung berpindah, tetapi saya tidak mengasihi orang-orang lain, maka saya tidak berarti apa-apa!
(1 Kor 13:1-2, BIS)

Kasih itu sabar; kasih itu baik hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
(1 Kor 13:4-6, ATB)
Ia tahan menghadapi segala sesuatu dan mau percaya akan yang terbaik pada setiap orang; dalam keadaan yang bagaimanapun juga orang yang mengasihi itu tidak pernah hilang harapannya dan sabar menunggu segala sesuatu. (1 Kor 13:7, BIS)

Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. (1 Yohanes 4:20)

Entah darimana jalannya ayat2 ini bisa bergema terus dalam hati sepanjang hari ini. Mungkin
Tuhan tau segala sesuatu yang gak beres yang tersembunyi dalam hatiku. Termasuk
Tuhan tau aku sedang membenci orang lain dengan diam-diam. Dan
Dia pakai ayat ini untuk menegurku habis-habisan.