Tuesday, October 8, 2013

Kita sebegitu mahalnya, kenapa mau diperbudak?


Jaman sekolah minggu dulu, aku sering menyanyikan lagu ini di gereja.

Apa yang dicari orang? Uang!
Apa yang dicari orang? Uang!
Apa yang dicari orang siang malam pagi petang? Uang! Uang! Uang! Bukan Tuhan Yesus.

Sounds so true, right?



Ya, tidak heran kenapa yang dicari oleh manusia dari pagi sampai malam hari (bahkan ada yang dari dini hari sampai larut malam) adalah uang, uang, dan uang. Karena memang di dunia ini uang adalah alat pertukaran, dimana dengannya kita bisa mendapatkan apa yang kita butuhkan dan inginkan. (Tapi tentu itu juga tidak untuk semua hal, bukan?)

Yang mengherankan, ketika orang mulai diperbudak oleh uang dan menjadikan uang sebagai tujuan hidupnya, seolah kehidupan di dunia adalah kehidupan yang selama-lamanya (lupa bahwa ia pasti akan meninggalkannya),, dan yang oleh karena itu sampai mau mengorbankan hal-hal yang justru harganya tidak terbeli oleh berapa digit uang pun, alias Tak Ternilai.

Setujukah kamu bahwa hal-hal di bawah ini adalah sesuatu yang tak ternilai harganya dengan uang?

  1. Harga diri
  2. Kebebasan dan kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai (i mean : tidak dipenjara karena uang)
    Sekaya apapun kita, kita tidak akan bisa membeli waktu-waktu yang tidak akan pernah berulang lagi dalam seumur hidup kita.
     
  3. Tidur yang nyenyak tanpa dibayangi rasa bersalah dan ketakutan 
  4. Ketenteraman hati dan kebahagiaan sejati 
  5. Surga
(mungkin ada daftar lain lagi, silahkan ditambahkan sendiri)

Bukankah suatu kebodohan bila kita mau menukarkan hal-hal yang tak terbeli tersebut hanya dengan “uang”?
Uang yang bisa lenyap begitu saja.
Iya donk? Mau kata kita adalah orang yang paling jago sedunia dalam mencari uang, tapi bukankah di atas kita ada Kuasa yang jauh lebih besar yang dapat membuat kita kehilangan
semua uang kita begitu saja, seperti dengan mengijinkan terjadinya bencana alam dan/atau sakit penyakit?
Uang yang, tentunya sebagai barang fana, akan kita tinggalkan juga begitu kita meninggalkan dunia ini.
Artinya, kalau
pun uang tidak akan meninggalkan kita, kita lah yang akan meninggalkan uang.
Terakhir, uang yang entah sampai berapa jumlahnya baru dapat benar-benar memberikan kita kebahagiaan sejati.


Poin terakhir tentang uang di atas membuatku teringat dengan acara reality show Uang Kaget di RCTI.


Dalam acara tersebut, ada orang yang sangat miskin, yang diberikan uang Rp.10 juta oleh RCTI. Apa reaksinya? Ia sangat bersyukur, sampai menangis, memeluk yang memberikan, sujud syukur, bahkan bisa sampai pingsan. Sepertinya ia merasakan kebahagiaan sejati. Lalu, andaikata minggu depannya, ia diberikan lagi uang 10 juta. Mungkin responnya masih heboh seperti yang pertama, tetapi tidak akan seheboh yang pertama. Lalu minggu ketiga, diberikan lagi uang 10 juta. Lama-lama biasa saja.
Untuk menimbulkan lagi reaksi kebahagiaan sejati, maka perlu dinaikkan jumlahnya menjadi 100 juta. Lalu ia alami lagi reaksi seperti di awal: menangis, memeluk yang memberikan, sujud syukur, bahkan bisa sampai pingsan. Tetapi, bila tiap minggu diberikan uang 100 juta, maka ia tidak lagi rasakan kebahagiaan yang sejati itu.
Jadi, butuh diberi uang sejumlah berapa agar ia bisa terus merasakan kebahagiaan sejati?
Angkanya adalah tidak terhingga, bukan?
Sekarang pertanyaannya, apakah/siapakah itu yang tidak terhingga?
Tolong katakan bila ada jawaban selain jawaban ini : Allah.
Bila tidak ada, dapatkah kita berkesimpulan bahwa apa yang sesungguhnya dan satu-satunya dapat memuaskan manusia adalah Allah?
Namun faktanya, seringkali manusia mencarinya di luar Allah, melalui harta, prestasi, hubungan dengan lawan jenis (seks), dll.

Satu hal yang harus kita ketahui,
Allah, yang sesungguhnya adalah Pemberi kebahagiaan sejati itu, juga telah mengorbankan DiriNya sendiri dengan menjadi manusia dan menyerahkan NyawaNya untuk menebus kita dari maut, sehingga kita yang tadinya harus mendapatkan hukuman api neraka selama-lamanya atas dosa-dosa kita, diselamatkan. Kita ditebus dengan Tubuh dan DarahNya yang kudus dan yang tentu amat sangat mahal tak ternilai harganya, sehingga kita beroleh kehidupan kekal yang bahagia bersama dengan Allah di surga dengan cuma-cuma.

Bukankah itu artinya kita sungguh amat sangat MAHAL?

Kita sungguh berharga, SUNGGUH MAHAL dan TAK TERNILAI, jadi kenapa mau (segitu bodohnya atau segitu bebalnya untuk) diperbudak oleh uang?

Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang.
Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
( 1 Timotius 6:10 )


Diperbudak oleh uang artinya mau melakukan apapun untuk uang sampai mau menyimpang dari iman dan yang sesungguhnya sedang memberikan dirinya untuk disiksa dengan berbagai-bagai duka. Seperti kata Paulus dalam ayat di atas.
Jadi, masihkah kita mau diperbudak oleh uang?


Adakah kekhawatiran hidup yang masih membuat kita mau diperbudak oleh uang sampai saat ini?
Mari sama-sama kita terima dan simpan janji Tuhan Yesus berikut ini.

“Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?
Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?
Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?
Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.
Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?
Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.
Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
( Matius 6 : 25-34 )



Atau, adakah yang masih begitu ngeyelnya untuk terus mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya di dunia ini sampai-sampai mau meninggalkan Allah dan HukumNya (Hukum Kasih kepada Allah dan kepada sesama manusia)?
Mari buka hati untuk menerima perkataan Tuhan Yesus di bawah ini.

“Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?
Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”
( Matius 16:26 )


Kita tidak murahan. Kita sebegitu mahalnya. Kita sungguh berharga. Nilai kita tidak ditentukan oleh berapa harta yang kita miliki, atau oleh setinggi apa pangkat dan jabatan kita, melainkan oleh penyataan dari Allah, Sang Pencipta dan Penebus kita.

Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau,
maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu.”
( Yesaya 43:4 )


Jadi mari, berhentilah diperbudak.

Yehovah Jireh.
Allah memelihara dan menyediakan.


* * *



Ohya tambahan. Sangking mahal dan melimpahnya nilai kita, kita lah yang justru akan “memperbudak” uang dan materi apapun yang ada pada diri kita untuk menjadi berkat bagi orang lain di sekitar kita, bagi kemuliaan nama Tuhan. Seperti yang dikatakan oleh Tuhan Yesus. :)

“tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."
(Yohanes 4:14)



Tuhan Memberkati.


Sunday, September 1, 2013

I love Your way! #2

Kalau di edisi #1 yang lalu aku (akhirnya) bersyukur untuk Jakarta sebagai kota penempatanku untuk jangka waktu yang panjang, kali ini aku bersyukur dan cintaaaa banget sama pekerjaanku. No, ini bukan karena sering jalan-jalan ke daerahnya (walau kuakui itu juga kadang membuatku senang. KADANG loh ya, karena kadang juga malees banget buat packing, terbang, dan menghabiskan beberapa hari dan tenaga di daerah lain di saat aku lagi pengen banget ada di Jakarta). But because, I've found the passion! Aku udah merasakan bahwa pekerjaan ini udah sesuai banget-banget dengan diriku. Diriku yang suka berpikir dan menganalisa. Diriku yang suka berkenalan dan berteman dengan banyak orang. Dan diriku yang sangat ingin bikin senang (melayani) orang lain lewat pekerjaanku.

Well, aku ceritain sedikit di kerjaaanku itu ngapain aja.

Jadi aku ini ditempatkan di Sekretariat Jenderal (Setjen)nya Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Setjen itu semacam "ibu" bagi 11 instansi Kemenkeu lainnya. "Ibu" yang ngurusin segala tetek bengeknya semua instansi (unit eselon 1) di Kemenkeu. Oleh karena itu antar unit eselon 2 di dalamnya, kagak ada pekerjaan yang sejenis. Gak kayak misalnya Ditjen Pajak, tentu semua unit eselon 2 nya pekerjaannya ya berbau-bau pajak lah, atau Ditjen Bea Cukai, ya semua unit eselon 2 nya berkenaan dengan bea dan cukai gitu, begitu juga dengan instansi Kemenkeu lainnya. Kalau di setjen itu bener-bener heterogen banget dah, kayak gado-gado. Ada Biro SDM (ngurusin SDM-nya Kemenkeu), biro Hukum (ngurusin hukum dan peraturan2 yang ada di Kemenkeu), Biro Perencanaan dan Keuangan (ngurusin perencanaan/anggarannya), dan biro-biro lainnya.

Nah, di biro manakah aku ditempatkan?
Biro Perlengkapan! :)

Pertama kali dengar namanya, kirain kerjaannya bakal angkat-angkat barang getoh kayak di seksi perlengkapan di acara-acara pada umumnya. Haha Ditambah lagi kesembilan temanku yang bareng ditempatkan kesini itu cowok semua. Aku sendiri yang cewek dari bersepuluh. Sempat mikir juga, jangan-jangan biro SDM (Biro yang ngurusin penempatan) ngira aku ini juga cowok, secara emang udah banyak orang juga yang pernah ngirain aku itu cowok dari namaku yang memang unik ini. hahaha

Eh ternyata bukan. Biro perlengkapan itu ngurusin/ngelolain Barang Milik Negara (BMN)-nya Kemenkeu. Iya jadi, Kementerian Keuangan itu selain sebagai Pengelola Barang (fungsi ini dipegang oleh Ditjen Kekayaan Negara), ia tentunya, sebagai salah satu dari Kementerian/Lembaga (K/L), juga berlaku sebagai Pengguna Barang. Nah, fungsi sebagai Pengguna Barang inilah yang menjadi tugas Sekretariat Jenderal yang diturunkan lagi ke Biro Perlengkapan, biroku.

Jadi di Biro Perlengkapan itu ada 4 Bagian (unit eselon 3). Bagian Perencanaan BMN, Bagian Bimbingan dan Layanan Pengadaan (BLP), Bagian Pengelolaan BMN, dan terakhir, Bagian Penatausahaan BMN. Waktu masih rolling ke semua bagian, tiap kali ditanya pengennya ditempatkan di bagian mana, aku selalu jawab, mau di Pengadaan (BLP). Selain karena Kepala Bagian(Kabag)nya aku pikir yang paling menyenangkan di antara semuanya, aku juga merasa tertantang untuk terjun ke ranah yang katanya sangat beresiko itu.

Tapi ternyata setelah rolling berakhir, aku ditempatkan di Bagian Perencanaan BMN. Hmmh.. gak kecewa-kecewa amat sih, hanya saja keinginan untuk masuk Pengadaaan itu masih tetap ada, dan berharap segera dimutasi ke bagian Pengadaan (BLP). Tapi sekarang juga udah sulit bagiku untuk masuk ke Pengadaan karena kata Kabag-nya, yang masuk kesitu harus udah lulus ujian sertifikasi Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) dulu, sementara aku masih belum lulus juga. Haha. Baiklah.

Well, bagian Perencanaan BMN. Bagian yang paling kagak ada kerjaannya. Begitu kesan kami (aku dan temen-temen seangkatan) yang waktu itu masih jadi anak magang yang sudah rolling ke semua bagian. Beberapa bulan di dalamnya pun aku masih sering nganggur. Akhirnya aku pun sering menghabiskan satu hari di kantor itu tanpa ada bekerja sama sekali. Hanya baca buku dan browsing-browsing. Maafkan aku telah "magabut", Negara.

Tapi sekarang, setelah mengamati, mempelajari (baca-baca PMK), dan melalui setahunan di dalamnya, aku mulai ngeh, harusnya disini itu ngapain aja.

Bagian Perencanaan BMN itu menganalisis dan merencanakan kebutuhan BMN yang ada di Kementerian Keuangan. Perencanaan itu sangat vital adanya. Seperti kalimat bijak yang sering kita dengar, "gagal merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan". Oleh karena itu, untuk menghasilkan perencanaan yang matang dan efektif untuk jangka waktu yang panjang, sangatlah dibutuhkan analisis yang mendalam, bukan yang cetek-cetek saja 'yang penting jadi'. (Sayangnya, ini yang masih sering terjadi hingga saat ini.)

Itu sebab kenapa pekerjaan ini mengharuskan kami untuk turun ke lapangan (ke satker-satker Kemenkeu yang tersebar di seluruh daerah Indonesia). Karena kami memerlukan data dan fakta yang akurat mengenai kondisi lapangan dimana satker-satker yang mengusulkan pengadaan gedung kantor, rumah dinas, dan kendaraan dinas operasional itu berada.

Analisis, i do love this activity actually! Memang sih dari tahun lalu udah tau disini itu emang harusnya kerjaannya menganalisa-analisa kebutuhan. Tapi dari dulu itu kurang berasa aja dorongannya. Dan sekarang, gak tau kenapa (tau dink kenapa :D) cintaku semakin kesini semakin besar sama pekerjaan ini. Aku sampe ke perpus buat cari dan pinjam buku-buku yang berhubungan dengan pekerjaan ini. You know? Ke perpus dan pinjam buku gituan adalah hal yang sangat langka bagiku :D Dulu aja waktu masih kuliah, aku jaraaang banget ke perpus, walau sering ada tugas sekalipun. Aku merasakan semangat belajarku kali ini justru lebih besar dari ketika aku masih studi dulu. Hmm, mungkin karena aku mulai bisa melihat secara real untuk apa aku belajar. :)

Yap, aku belajar agar aku memiliki kemampuan yang baik dalam menganalisa. Aku memiliki kemampuan yang baik dalam menganalisa untuk menghasilkan perencanaan yang matang dan efektif untuk jangka waktu yang panjang. Aku menghasilkan perencanaan yang matang dan efektif untuk jangka waktu yang panjang untuk melayani kebutuhan BMN semua teman-teman pegawai di Kementerian Keuangan khususnya yang di daerah. Aku melayani kebutuhan BMN semua teman-teman pegawai Kemenkeu di semua daerah untuk membuat mereka senang dan merasa terperhatikan. Aku membuat mereka senang dan merasa terperhatikan agar mereka pun terdorong untuk bekerja dengan sebaik-baiknya sebagai pelayan rakyat. Aku mendorong rekan-rekanku untuk bekerja dengan sebaik-baiknya agar rakyat Indonesia pun semakin merasakan nilai baik dan manfaat dari pemerintah. Aku membuat rakyat Indonesia semakin merasakan nilai baik dan manfaat dari pemerintah agar semua rakyat Indonesia dapat dan terus memiliki rasa optimisme dan cinta yang mendalam pada Indonesia. Aku membuat rakyat Indonesia semakin mencintai dan memiliki optimisme yang besar pada Indonesia agar Indonesia pun dari hari ke hari mengalami perbaikan yang terus menerus dan menuju kepada kesempurnaan. It's my dream.

Jadi ternyata sangat penting ya bagi kita untuk melihat jauh ke depan. Dengan begitu, kita semakin didorong untuk tetap terus doing and giving the best sekalipun kadang bisa saja jenuh dan capek dalam menghadapi dan mengerjakan yang ada sekarang di depan mata. Ibarat seorang pekerja bangunan yang sedang bekerja ditanya "sedang apa?" tidak lagi berkata "sedang menyusun batu-batu bata", tapi menjawab dengan penuh keyakinan "sedang membangun istana yang megah!" Kita pun hendaknya, bila ditanya "sedang apa?" tidak lagi menjawab "sedang ngetik-ngetik saja", "sedang fotocopy", "sedang membaca", "sedang dinas ke daerah", tapi menjawab dengan penuh keyakinan apa yang benar-benar menjadi tujuan akhir dari pekerjaan kita. Kalau saya, "sedang membangun bangsa untuk memuliakan Allah!"

So yes, i'm so thank God for Setjen, Biro Perlengkapan, dan Bagian Perencanaan BMN. Sekalipun tadinya tidak pernah tau dan membayangkan sedikitpun tentang ketiganya. Jangankan Bagian dan Bironya, Setjen-nya pun tak pernah kepikiran olehku waktu memilih instansi penempatan dulu. Waktu polling penempatan dulu, yang menjadi pilihan pertamaku adalah BPK, kedua Itjen, dan yang ketiga BKF.

But now, I'm falling in love with this job!

Bukan hanya karena aku sudah nangkep tujuan akhirku mau dibawa kemana pekerjaan ini, tapi juga karena aku sudah benar-benar tertarik padanya. Jadi bukan karena ada semacam "pemaksaan/pemasrahan ilahi" gitu, tapi seperti yang sudah kukatakan di awal tadi, ini memang benar-benar sesuai dengan diriku.

Ah, memang Bapa yang satu itu lah ya, jauuuuuh lebih tau apa yang terbaik dan yang (sebenarnya) paling sesuai dengan diri anakNya.

That's why i say again,

I love Your way, God! :)

Monday, August 19, 2013

Diciptakan untuk KemuliaanNya


Beberapa tahun yang silam, seorang remaja membenci dan menolak keberadaannya sendiri. Dia begitu pedihnya menerima kenyataan bahwa seharusnya dia tidak pernah ada. Dia menyesali kenapa dia harus hadir ke dunia bukan dengan cara terhormat seperti kebanyakan orang lain. Dia ada dari sebuah hubungan dosa antara seorang pria dan wanita. Dia seharusnya tidak pernah ada. Begitu ratapannya.

Tidak enak juga terus-terusan menggunakan kata “dia”. Baiklah, dia itu aku.

Begitu lah dulu yang kurasakan saat pertama kali mendengar fakta yang sungguh menyakitkan hati itu. Saat itu masih SMP. Lupa kelas berapa. Yang kuingat betapa basahnya dulu bantal kepalaku akibat air yang terus menyucur dari mata selama beberapa hari dan malam. Mengurung diri dalam kamar pun tak terelakkan. Meratapi diri tiada hentinya..


Tapi itu dulu! :)


Perlahan-lahan, seiring dengan usia yang semakin bertambah (dan semoga juga semakin dewasa), aku mulai menerima keberadaanku. Dimulai dari ketika aku mahasiswa tingkat satu. Aku sungguh berterimakasih kepada PKK-ku kak Eli yang telah memberikanku dan membuatku membaca buku Purpose Driven Life-nya Rick Warren sebagai proktat kami. Membaca buku ini sungguh merupakan salah satu peristiwa terbesar yang sangat aku syukuri! Bab 2 nya sungguh menghiburku. Tidak, sepertinya  kata “menghibur” kurang tepat. Sulit menuliskan dengan kata-kata apa yang kurasakan waktu itu. Baiklah, disini kutuliskan sebagian dari isinya, biar kau saja yang menentukan apa nama perasaan itu. Judul bab itu “Anda Ada Bukan Karena Kebetulan”. Aku mau kutip paragraf pertama dan keenamnya.
Kelahiran Anda bukanlah suatu kesalahan atau kesialan, dan kehidupan Anda bukanlah yang tidak diharapkan dari alam. Orang tua Anda mungkin tidak merencanakan Anda, tetapi Allah merencanakannya. Dia tidak terkejut sama sekali dengan kelahiran Anda. Sesungguhnya, Dia mengharapkannya. 
Yang paling mengagumkan, Allah menentukan bagaimana Anda akan dilahirkan. Tanpa memandang kondisi kelahiran Anda atau siapa orang-tua Anda, Allah memiliki rencana ketika menciptakan Anda. Tidak peduli apakah orang-tua Anda baik, buruk, atau acuh tak acuh. Allah mengetahui bahwa mereka berdua benar-benar memiliki sifat-sifat genetik yang tepat untuk menciptakan “Anda” yang sudah ada dalam pikiran-pikiranNya. Mereka memiliki DNA yang Allah inginkan untuk menjadikan Anda.
Satu puisi di bagian terakhirnya, puisi yang ditulis oleh Russel Kelfer. Puisi yang.. ah sudahlah baca sendiri saja.

Anda adalah Anda karena suatu alasan.
Anda adalah bagian dari suatu rencana yang kompleks.
Anda adalah suatu rancangan unik yang berharga dan sempurna.
Disebut lelaki atau perempuan khusus milik Allah

Anda bertampang seperti Anda bukan karena suatu alasan.
Allah kita tidak membuat kesalahan.
Dia merajut Anda menjadi satu di dalam kandungan,
Anda benar-benar apa yang ingin Dia ciptakan.

Orang tua yang Anda miliki adalah orang-tua yang Dia pilih
Dan tidak peduli bagaimana perasaan Anda,
Mereka dirancang dengan pertimbangan rencana Allah
Dan mereka memikul meterai Tuhan.

Tidak, trauma yang Anda hadapi tidaklah mudah.
Dan Allah menangis karena trauma itu begitu menyakiti Anda;
Tetapi itu diizinkan untuk membentuk hati Anda
Supaya Anda bertumbuh menjadi serupa dengan-Nya.

Anda adalah Anda karena suatu alasan,
Anda telah dibentuk dengan tongkat Tuhan.
Anda adalah Anda, kekasih
Karena ada Allah!

Bab 2 ini pun ditutup dengan ayat dari Yesaya 44:2 versi BIS

“Akulah TUHAN yang menjadikan engkau, yang membentuk engkau sejak dari kandungan dan yang menolong engkau.”

Membacanya waktu itu membuatku menitikkan air mata lagi. Tapi kali itu bukan air mata ratapan self pity seperti yang dulu. Tapi air mata yang.. entahlah.. seperti kataku di atas tadi, sulit untuk menjelaskannya.


Kira-kira air mata yang sama pula lah yang kembali dititikkan pada hari ini, 18 Agustus 2013, dalam sesi Closing Ceremony di acara Kamp Nasional Mahasiswa (KNM) 2013 yang berakhir tadi sore.


18 Agustus 1990. Yap, tanggal ini adalah tanggal yang sungguh bersejarah bagi remaja malang yang disebutkan di atas tadi. Pada tanggal ini dia hadir ke dunia untuk pertama kalinya. Pada tanggal ini dia lahir sebagai bayi yang tidak mengerti apa-apa. Apalagi tentang kisah-kisah pahit yang terjadi pada sebelumnya dan sesudahnya..

Tapi,

Siapa bilang kelahirannya itu merupakan sebuah bencana atau kesialan? Siapa bilang dia hanya akan lahir sebagai anak yang penuh aib? Ha? Siapa yang bilang?

Dalam sesi closing ceremony tadi, melalui khotbah bang Alex, (tidak hanya lewat khotbah bang Alex, tapi juga dimulai dari khotbah Pak Triawan dalam Open Ceremony hari selasa lalu tentang “Dipanggil untuk KemuliaanNya”, tapi memang khotbah Bang Alex yang tadi sangat menekankan) lagi-lagi aku diingatkan kembali, bahwa aku diciptakan untuk kemuliaan Allah!

Semua dijadikanNya karena Dia punya tujuan yang mulia. Tujuan yang agung. Sekalipun mungkin itu mesti melewati proses (perbuatan manusia) yang sangat melukai hatiNya. 

Ini membuatku teringat pada sebuah bacaan dalam buku Bagaimana Memahami Kehendak Tuhan tulisan Richard L. Strauss yang mengatakan begini:
Apakah anda pernah memainkan suatu permainan di mana seseorang harus membubuhkan tulisan ceker ayam dalam beberapa baris, kemudian teman bermainnya harus membuat gambar di sekelilingnya dengan menggunakan tulisan tadi yang tak berarti itu sebagai bagian dari gambarnya? Tuhan ahli dalam bidang ini! Ia adalah Penyesuai yang agung! Sebelum kita dilahirkan, Ia sudah mengetahui lebih dahulu kekacauan apa yang akan kita perbuat dengan hidup kita, dan membuat rencana yang tertentu di mana ketidakpatuhan kita akhirnya dapat menunjang suatu maksud yang berguna.
AWESOME!!

Aku terpana ketika mendapatkan kebenaran ini.

Lantas aku teringat pula pada sebuah lirik lagu “and all the best and worst of man can’t change The Master's plan!”

Ya, aku diciptakan dan dipanggil untuk kemuliaan Allah!

Kalau tahun lalu (pada saat hari ulangtahun juga, yang ke-22), aku diperlengkapi untuk memberitakan injilNya (kabar baik yang mengubahkan dan membebaskan manusia dari perbudakan oleh dosa) kepada orang lain,, tahun ini aku diperlengkapi juga untuk memenuhi panggilanNya dalam pembaharuan bangsa dan negeri ini, negeri dimana Tuhan tempatkan aku ini. And you know, kedua-duanya untuk memuliakan Allah!

Sulit dipercaya! Tuhan mau memakai aku yang penuh dengan kehinaan ini.


Maka, kenapa tidak, dengan keharuan yang tak terkatakan, aku menerima panggilanNya, bekerja di ladangNya, menyatakan kasihNya, memperjuangkan keadilan dan menegakkan kebenaran, serta membawa orang lain, bangsa ini, dan dunia ini untuk mengenal Dia dan memuliakan NamaNya sebagai satu-satuNya Allah yang hidup?

Ayat sidiku, Efesus 2:10, membantu menjawabnya.

Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

Ya, aku mau Tuhan. Aku mau. 
Allah yang menciptakanku dan menebus hidupku dari sengat maut adalah Allah yang sama yang akan menyertaiku menggenapi panggilanNya. Untuk kemuliaan-Nya. Amin.


***


Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.
Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.
Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah;
mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satu pun dari padanya.
Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya!
(Mazmur 139: 13-17)


Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
(Roma 8:28)

Sunday, July 21, 2013

I am here because of Your grace

(Hari ini aku mendengar lagi lagu ini, di PHP (Persiapan Hati Peserta) Campnas 2013 tadi sore. Aku pikir menyanyikannya tadi sore itu adalah kesimpulan dari perenunganku selama semingguan ini.)



Hari ini, Minggu 21 Juli 2013, ada puluhan ribu adik-adik yang mengikuti ujian saringan masuk (USM) STAN di seluruh Indonesia. Salah satunya adalah anak tetangga inangudaku di Cibubur, Agum, yang semingguan ini minta diajarin TPA secara intensif. Berhubung aku sangat suka hitung-hitungan, aku pun mengajarinya dengan senang hati walaupun sebenarnya kadang sudah agak capek pulang dari kantor. Di sela-sela ngajar TPA, dia sesekali bertanya “kalau yang Bahasa Inggrisnya gimana kak?” Aku tersenyum dan bilang (sekaligus jadi teringat), “duh Gum maaf, kalau bahasa inggris aku nyerah deh, gak terlalu bisa, dulu itu aku udah pasrah aja gak lulus USM ini karna bahasa inggrisnya”. Ya, aku jadi teringat dulu aku sangat cemas gak lulus di Bahasa Inggrisnya. Secara aku cuma menjawab pas-pasan lebih dikit untuk bisa melewati nilai matinya itu. Itupun kalau benar semua. Kalau ada yang salah (yang otomotis bakal menjadi pengurang nilai)? Gak tau dah. Pasrah sempurna... wkwk

Eh tapi siapa yang mengira, Tuhan ternyata membukakan bagiku gerbang STAN itu! Di saat aku sudah sangat pesimis.. Di saat aku sudah gak terlalu berharap lagi.. Sungguh, aku bisa masuk ke kampus tercinta itu murni hanya karena anugerah Tuhan saja. I don’t deserve.

Dan saat ini bisa masuk ke Kementerian Keuangan pun juga hanya karena kasih karunia Tuhan saja.
Dia yang membuat aku bisa survive di STAN selama 3 tahun berkuliah, menyelesaikan tugas-tugas akhir, dan diwisuda bareng angkatan 08 lainnya pada Oktober 2011.
Fyi, STAN masih ikatan dinas. Maka itu, setiap lulusan STAN pasti akan ditempatkan di Kemenkeu, atau ke BPK dan BPKP kalau ada permintaan dari lembaga-lembaga tsb.

Masuk Kemenkeu, aku ditempatkan di Sekretariat Jenderal (Setjen) , yang hanya berlokasi di Jakarta. Banyak orang mengira, bisa ditempatkan di pusat or Jakarta karena IPK-ku tinggi. Oke, saatnya mengadakan konfrensi pers (wkwk). Well, dengan sangat berbangga hati :p, aku katakan, bahwa IPK-ku hanya 3,17 sodara-sodaraa :D dan itu ada di bawah rata-rata (3,32)! #malu #tapitetepbangga :D

I’m here because of His Grace!

Aku sering terpana bila mengingat itu semua.. Suka nggak ngerti kenapa Tuhan mau memberikan itu semua pada diriku yang sungguh amat gak layak ini..

Maka, kenapa tidak aku sungguh amat sangat mensyukuri ini semua?
Dan, kenapa tidak, (dengan didorong oleh rasa syukur itu) aku pun bertekad untuk menjadi saksiNya, memberitakan kebaikanNya, dan memuliakan namaNya dimanapun Dia tempatkan aku saat ini?

Keluarga besar Purba Dasuha, Bagian Perencanaan Barang Milik Negara, Biro Perlengkapan, Sekretariat Jenderal, Kementerian Keuangan, Jakarta, Indonesia, Bumi adalah tempatku saat ini. Aku bisa berada di sini semua hanya karena anugerah Tuhan saja. Ya, dimulai dari kelahiranku ke dunia ini (if you know the story). Dan saat ini aku pun bertekad untuk melakukan apa yang menjadi kehendakNya untuk aku kerjakan di tempat-tempat ini. Aku selalu percaya Tuhan memberikan dan masih memberikan kehidupan bagiku saat ini itu karena ada Tugas Sorgawi yang Dia ingin aku kerjakan di tempat-tempat dimana Dia letakkan aku saat ini. Dan aku pun rindu untuk tidak lagi membuang waktuku sia-sia begitu saja.

Dan bila nanti pun aku ditempatkan di tempat-tempat yang tidak aku sukai, aku mau terus belajar mengimani bahwa apapun dan bagaimanapun tempat itu nantinya, itu adalah tempat terbaik dari Tuhan, dan Dia letakkan aku kesitu bukan tanpa maksud. Seperti kata Bang Alex dalam khotbahnya tadi sore, yang sudah pernah aku dengar sebelumnya namun berasa diiingatkan kembali tadi, bahwa “Tidak ada yang kebetulan. Semua telah Tuhan atur sedemikian rupa, untuk menggenapi rencanaNya. Dan kita patut berbangga Tuhan mau melibatkan kita dalam karyaNya.”


Sayup-sayup terdengar kembali lagu yang dinyanyikan tadi sore..

I'am here because of Your grace
I'am here because of Your love
Lord Jesus, I'am so thankful
for Your grace abounds to me
Chorus:
Thank You Jesus, Jesus, Jesus
Thank You Jesus
It's only by Your grace, that I could live today

Forever I will praise Your name...


KehendakNya, itu yang ingin aku tangkap terus, dan meminta anugerah kekuatan dariNya untuk bisa menaatinya.

Cause i’m here because of His Grace!

Thursday, June 6, 2013

Bagi Bangsa ini Kita Berdiri


Akhirnyaaaa..selesai sudah penantian penempatan kita semuaa! Dan woohooo..ternyata kita ada di hampir semua provinsi di Indonesia! *bangga*terharu*senang*

Bangganya karna bisa punya banyak teman di seluruh provinsi Indonesia.
Terharunya melihat kita yang tadinya berasal dari daerah yang berbeda-beda dipersatukan di sebuah tempat yang bernama STAN selama kurang lebih 3 tahun, kini dipencar-pencarkan untuk melakukan tugasnya masing-masing di tempat-tempat yang berbeda :’)
Senangnya kalau misal ntar aku nyasar di sebuah daerah, bisa ada temen yang bisa dimintatolongin :D

Wew, tetiba terkenang kembali tanggal 20 Oktober 2008 kita mulai mengawali hari-hari di STAN dalam DINAMIKA-CERIA (CERdas Ilmunya, cerdas Akhlaknya) :D, then dipertemukan di Bintal PMK, trus ngadain makrab (acara yang ditujukan untuk mengakrabkan kita yang masih pada malu-malu dan unyu-unyu itu)..

pramakrab :')

Makrab :')


Ditempah selama 3 tahunan di STAN (plus bonus pembinaan mental di PMK STAN), di tempat selama penantian pengumuman penempatan instansi, di tempat magang,, sekarang saatnya kita semua diutus ke ladang yang sebenarnya.. yang tersebar di seluruh Indonesia..

Saturday, May 4, 2013

Pilih Mana?


Ada 3 kondisi. Kita sebut kondisi “A”,”B”,dan “C”.

Karena yang akan menjadi pilihan adalah kondisi “A” dan “C”, jadi kita mulai dengan mendeskripsikan kondisi “B” terlebih dahulu.

Kondisi “B” adalah kondisi dimana semua terjadi biasa-biasa saja. Cukup, tidak berkekurangan, juga tidak berlebihan. Terdapat kesehatan yang biasa-biasa saja (tidak ada sakit penyakit), juga ada uang yang pas-pasan untuk hidup (makan, berpakaian, dan bertempat tinggal). Keluarga, teman, dan semua orang yang disayangi juga masih ada pada tempatnya. Dalam kondisi ini juga kita bebas dari segala masalah, tapi juga gak nyaman-nyaman banget. Intinya, biasa-biasa aja.


Well, saatnya masuk pada opsi “A” dan “C”.


Kondisi "A"

Kita diperhadapkan terhadap berbagai masalah, kesulitan, dan/atau penyakit (termasuk juga..patah hati mungkin?). Dalam kondisi ini kita berkekurangan/mengalami kehilangan, baik itu kekurangan/kehilangan uang, kesehatan, maupun kasih sayang dan perhatian dari orang lain (apalagi dari orang yang kita sayangi).
Dalam kondisi ini kita mau gak mau (dipaksa) harus belajar apa yang namanya itu panjang sabaaar, rendah hati, tidak memaksakan kehendak kita yang terjadi (karna bakal percuma toh? wong segimanapun dipaksa, kenyataan tetap berkata lain :p), tekun berdoa, dan belajar berserah sepenuhnya sama Tuhan (yang otomatis semakin mendekatkan kita pada Tuhan). Semua itu mesti kita pelajari, karna kalau tidak (maksudnya ketika kita tidak bisa sabaran, suka ngototan, marah sama Tuhan, apalagi kalau sampai meninggalkanNya), kita hanya akan memperparah kondisi yang sedang kita hadapi.


Kondisi "C"

Kebalikan dari kondisi "A", disini kita akan mengalami yang namanya berlebihan materi, hidup enak, dimanja, dan berlebihan perhatian dan kasih sayang. Kondisi ini berpotensi besar membuat kita lembek, kurang dewasa, dan kurang terbentuk dalam karakter.


Jadi pilih mana? Kondisi “A” atau kondisi “C”?
Kalau dari segi enaknya, tentu hampir semua kita memilih kondisi “C”

Well, sekarang bagaimana kalau kita jadikan si kondisi “B” sebagai acuannya.

Maksudnya ketika terjadi masa transisi dari kondisi “A”/”C” ke kondisi “B”. ;)

Kita bergerak terlebih dahulu dari kondisi "A".
Kita yang tadinya untuk bisa makan dan punya tempat tinggal saja mesti berutang sana sini, sekarang sudah punya uang sendiri yang cukup untuk bisa makan dan punya tempat tinggal. Kita yang tadinya bisa hidup tanpa rasa sakit saja mesti ditopang sama obat-obatan dan makanan-makanan tertentu, bahkan lebih parahnya lagi kalau untuk mendapatkan oksigen yang kebanyakan orang menerimanya gratis kita mesti bayar mahal untuk memperolehnya, sekarang semuanya menjadi sehat-sehat saja. Dan kita yang tadinya merasa kekurangan kasih sayang dan perhatian dari orang lain, sekarang sudah memperoleh perhatian dan kasih sayang yang cukup dari orang-orang terdekat kita.
How is your feeling then? Tidakkah kita akan merasa sungguh sangat-sangat bersyukur, sampai-sampai pengen bikin acara syukuran, traktir teman sana-sini, lonjak-lonjak kegirangan, dan tersenyum sumringah tiada henti? *maaf lebay :p* Tapi sadar tidak sadar, yang kita syukuri itu sebenarnya hanyalah hal-hal yang biasa-biasa saja bagi orang-orang yang selama ini berada dalam kondisi “B”. Tapi dengan pernah mengalami kondisi “A” sebelumnya, kita bisa jadi merasa lebih bahagia dari mereka yang sudah lama menerima kondisi “B”. :)

Sekarang giliran kondisi “C” yang mengalami transisi.
Siapkah kamu membayangkan kamu yang tadinya punya uang yang lebih dari cukup, sangat berlebihan, bahkan sampai ada yang untuk dibuang-buang percuma (termasuk mungkin ada yang untuk dibakar dan merusak kesehatan), sekarang jadi punya duit yang pas-pasan saja untuk makan, tempat tinggal dan kebutuhan primer lainnya? Dan lain-lain yang ada padamu yang berlebihan ditarik, sehingga menjadi biasa-biasa aja. Tidak berkekurangan loh. Hanya menjadi biasa-biasa aja.
Pertanyaan yang sama dengan yang di atas, how is your feeling then? Kemungkinan besar kita bukannya tetap bersyukur karna masih dipelihara Tuhan, tapi malah menjadi suka mengeluh dan terobsesi agar masa-masa kejayaan datang kembali..


Mensyukuri hidup & hidup yang mengeluh, mana yang kamu pilih?
Kedewasaan & kekanakan, mana yang kamu pilih?
Kondisi “A” & kondisi “C”, mana yang akan kamu pilih?

Sebenarnya pertanyaan ini bukan untuk dijawab. Karna tulisan ini gak bermaksud untuk bikin kita jadi mengagung-agungkan kondisi “A” dan antipati terhadap kondisi “C”. Tapi lebih kepada bagaimana sikap hati kita terhadap semua kondisi itu. Bagaimana agar kita selalu bersyukur dalam segala kondisi (khususnya bersyukur untuk kondisi “A” yang telah banyak membentuk karakter kita), serta tidak menaikkan standar hidup (khususnya ketika berada pada kondisi "C").

Standar hidup.
Ini yang jadi pergumulanku akhir-akhir ini. Jujur, ide tulisan ini muncul, karna aku pikir aku sedang merasakan kondisi “C” akhir-akhir ini. Aku mulai terbuai sama kenyamanan yang diberikan oleh kantor: jalan-jalan ke kota sana-sini, terima duit ini-itu, dan dijamu makanan yang mewah-mewah. Sebenarnya hampir tidak ada yang salah dengan itu sepanjang masih dilakukan dalam batas-batas aturannya. Yang jadi masalah adalah ketika aku pun mulai menaikkan standar hidupku.

Aku yang dulunya it’s okay dengan hp yang gak bisa dipake untuk mem-foto, skarang jadi suka kesal dalam hati kalau hp yang skarang yang lumayan canggih yang sudah memberiku banyak kemudahan, mulai agak lola dalam meng-capture gambar (padahal karna perbuatanku sendiri). Aku yang tadinya it’s okay jalan kaki, mulai jadi manja harus naik motor/angkot ke tempat yang dekat sekalipun. Aku yang tadinya it’s okay naik pesawat apa aja, mulai jadi menggumam “yaaah” dalam hati kalau tidak jadi naik Garuda. Gawat!

Kesadaran ini membawaku teringat pada ayat yang menjadi one of my live verse,”Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" (Ayub 1:21). Ini perkataan Ayub ketika ia kehilangan semuanya anak-anaknya, semua hartanya, dan juga kesehatannya! Bukannya mencaci-maki Tuhan, dia malah menyadarkan dirinya bahwa standar hidupnya adalah “telanjang” atau “ketidakpunyaan”. Ini membuatnya ketika materi dan segala yang lain bertambah begitu luar biasa, itu tidak mengubah kenyataan “datang dan pergi telanjang”.

Hidup yang demikian membuat kita berdaya tahan tinggi terhadap kehilangan, karena memang kita sebenarnya tidak punya apa-apa. Hidup demikian juga membuat kita sangat leluasa: hidup di atas bisa, di bawah pun bisa. Ayub pernah menjadi orang yang paling kaya di seluruh negerinya dan sekarang jatuh menjadi orang paling miskin di seluruh negeri. Ayub tidak menjadi stress, atau rendah diri.

Hidup seperti itu juga akan membuat kita merasa kaya, karena memiliki sehelai baju dan sepiring nasi itu sudah melampaui ketidakpunyaan, atau dengan kata lain, sudah merupakan kemewahan bagi kita yang seharusnya “datang dan pergi telanjang”.

Aku juga ingin seperti Ayub, yang selalu berstandarhidupkan ketidakpunyaan sehingga hidup bisa lebih lepas, lebih leluasa berbagi, dan lebih menikmati dan mensyukuri hidup.  *Siapapun yang membaca tulisan ini tolong agar mendoakan pergumulanku yang satu ini. :)

Well, kembali ke judul di atas “Pilih Mana?”. Lagi-lagi, sebenarnya bukan tentang memilih kondisi kehidupan kita (karena bagaimana pun kita tidak punya kuasa atas apa yang terjadi dalam kehidupan kita), namun memilih bagaimana sikap hati kita terhadap apapun yang terjadi di hadapan kita. Akankah selalu bersyukur atau selalu mengeluh? Akankah ngotot mempertahankan segala sesuatu yang fana atau melepaskan diri dari segala keterikatan dan mudah berbagi kepada orang lain? Akankah hidup sengsara atau hidup bahagia?

Apapun yang terjadi pada perasaan kita, sesungguhnya itu adalah tanggung jawab kita. Ya, tanggung jawab kita dalam memanajemen hati dan pikiran kita. :)


Tuhan memberkati

Sunday, April 14, 2013

Mengampuni


Di KKP tadi siang, semua anggota bingung dengan ayat yang mengatakan “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu”. Kalimat itu seperti mengatakan bahwa Tuhan bereaksi karna ada aksi kita terlebih dahulu. Tuhan mengampuni karna kita terlebih dahulu mengampuni. Kalau begitu Allah kita sifatnya “reaktif”? Benar begitu??

Syukur pada Allah, Allah kita bukanlah Allah yang reaktif. Kalau tidak, bisa gaswat kita. Tuntutan Allah itu begitu sempurna! “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Matius 5:48). Harus sempurna dulu lah kita, lalu Allah akan mengasihi kita, harus sempurna dulu lah kita lalu Allah akan mengampuni kita, dan harus sempurna dulu lah kita lalu Allah akan memberikan surga kepada kita (??!) Trus kalau kebaikan kita hanya bisa 75%, gimana donk? Atau, naikkan lagi deh, kita khan orangnya paling baik sedunia, kita khan rajin pelayanan, rajin memberi, berbuat kebaikan di sana sini,, tapi eits! jangan lupa, dosa itu adalah apapun yang melanggar perintah Tuhan. Apapun, termasuk ketika Tuhan memerintahkan kita untuk mengasihi sesama manusia seperti kita mengasihi diri kita sendiri, tapi kita gak suka (benci) sama orang2 tertentu; termasuk juga ketika Tuhan memerintahkan kita untuk melayani orang lain, tapi kita sering mengutamakan ego kita; dan termasuk juga ketika Allah melarang kita untuk gak menghakimi sesama, tapi kita (sering sekali lupa bahwa sedang) menghakimi; dan larangan2 yang gak kita sadari lainnya (termasuk ngomel2 dalam hati, negatif thinking akan orang lain dll yang tidak kelihatan oleh orang lain, tapi tentu Tuhan bisa melihatnya). Ternyata kita tidak bisa sesempurna tuntutan Tuhan itu. Jadi, kalau Allah kita Allah yang reaktif, gawatlah kita.. tinggal mempersiapkan diri saja masuk ke api neraka..

But what?! Look at this verse.. :)

Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar -- tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati --. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya! (Roma 5:6-10)

Ayat di atas sudah cukup menjelaskan/menyatakan pada kita bahwa Allah kita bukanlah Allah yang reaktif, tapi justru adalah Allah yang berinisiatif untuk mengasihi kita dengan kasihNya yang sungguh besar (yang bersedia mengorbankan nyawaNya bagi kita agar kita selamat dari hukuman maut) sekalipun kita masih lemah, masih berdosa dan masih menjadi seteru(musuh)Nya.


Well, kalau begitu apa maksud ayat yang paling di atas tadi? “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga.Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu”.


Akhirnya dalam KKP tadi kami menemukan jawabannya, bahwa ketika kita memohon agar dosa kita diampuni oleh Tuhan, tentunya haruslah dengan kesadaran bahwa dosa kita sungguh besar kepada Tuhan Yang Maha Kudus itu. Ya, bahkan jauuuh lebih besar dari kesalahan orang lain pada kita (yang sesama manusia berdosa), sehingga dengan serta merta kita (yang dengan rasa syukur yang besar karna dosa kita yang besar itu Tuhan bersedia mengampuninya) pun turut (dengan mudah) mengampuni kesalahan orang lain pada kita.
Kalau kita masih ogah mengampuni kesalahan orang lain pada kita, (bisa dibilang) dipertanyakan jangan-jangan kita kurang begitu merasakan besarnya anugerah pengampunan yang kita terima dari Tuhan. Atau dengan kata lain, kita merasa kurang (atau jangan2 tidak) berdosa kepada Tuhan. Dan kalau kita merasa begitu, ya (emang betul) buat apa lagi kita memohon pengampunan pada Tuhan?
Kini benarlah kalimat ini “Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu”. Ya karna kita (membuat kita merasa) tidak membutuhkan anugerah pengampunan dari Bapa tadi itu. Ya jadi ngapain Bapa ngampuni kita? Wong kitanya merasa gak butuh. Tul gak?



Hmmmh...mengampuni emang sulit sih ya. Apalagi kalau si dia udah kelewatan nyakitinnya (menurut kita). Tapi marilah teman, selain menyadari hal yang di atas tadi (anugerah pengampunan dari Bapa tadi), kita juga perlu menyadari bahwa (kebanyakan) sebenarnya ketika kita sedang marah/kesal pada orang lain, kesalahan itu gak semata-mata ada pada orang tersebut. Tapi juga ada pada diri kita sendiri.
Marilah lebih melihat ke dalam dahulu lebih banyak dan lebih dalam lagi,,
then we can defeat every conflict! :)

Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu." (Matius 7:3-5)


Menyimpan kesalahan orang lain berlama-lama tidak ada untungnya sama sekali. Sama sekali. Yang ada malah hanya rugi. Si dianya happy-happy aja disana, kog mau-maunya kita yang nyesek abis disini. Gak mau khan? ;)

Saturday, March 9, 2013

Kabar Baik itu..

Sekilas tentang si kabar baik,

Surga diberikan Allah kepada kita secara cuma-cuma. Sekalipun Ia tidak wajib memberikannya, dan sekalipun manusia tidak layak menerimanya. Itu yang selama ini kita sebut anugerah. Surga itu bukan upah atau hasil yang didapat dari usaha manusia. Tidak. Sebesar apapun manusia berbuat baik sana-sini, pelayanan sangat aktif dimana-mana, tetap itu semua tidak berperan sedikitpun untuk beroleh akses ke surga itu. Semata-mata karena anugerah Tuhan sajalah kita bisa memperolehnya.
Namun begitu, sayang seribu sayang, semua orang, ya SEMUA orang tidak dapat menggapainya. Kenapa?

Tuesday, February 26, 2013

Thank God for the 850k


Hari ini aku baru tersadar bahwa ada untungnya (maksudnya) juga kenapa Tuhan ngijinin aku dibayar per bulannya oleh Negara hanya sebesar Rp. 850.000/bulan.

Kemarin-kemarin hanya tau mengumpat saja dalam hati, “bisa-bisanya Negara ini tega ngasih honor ke kami dengan nilai seminim itu (yang jauuuh di bawah UMR, apalagi untuk lokasi seperti ibukota yang biaya hidupnya wahwahwah), belum lagi kalau kena potongan sekian persen kalau telat (karna macet) dan kalau gak masuk (karna sakit)."



Kini aku mengerti..


Tuhan sedang melatihku!

Tersadar tadi, ketika lagi ngobrol2 sama seorang mas-mas di kantor, dia bilang gini,”lu masih bisa kaya gini khan karna belum punya anak, apalagi kalau ntar anak lu sakit, pasti butuh banyak banget biaya ini itu”. Aku cuma diam senyum ngangguk-ngangguk, tapi dalam hati sempat protes mau bilang,”tapi khan honorku skarang masih 850.000 mas! Ya mungkin akan sama lah sulitnya/deritanya untuk nahan diri buat gak macem2 kekgitu.”

Setelah masnya pergi.. aku merenung sesaat, berpikir “iya ya, ada untungnya juga aku skarang masih diberi honor tiap bulannya hanya sebesar Rp.850.000, di saat aku masih gigih2nya memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Coba kalau begitu masuk ke tempat ini aku udah langsung nerima gaji normal (yakni sekitar 4jutaan), mungkin gak bakal berasa samaku sulitnya menahan diri untuk gak nerima yang macam2 itu. Lantas bila di kemudian harinya aku bakal menghadapi kondisi-kondisi sulit seperti yang disebutkan si mas-mas itu, dan bila pada saat nanti itu passionku untuk mempertahankan kebenaran itu udah mulai redup (jangan sampai, Tuhan), aku mungkin bakal susah setengah mati untuk nolak yang macam-macam itu,, apalagi kalau ‘itu’ sudah dihidangkan begitu saja di depan mata, seperti yang sudah-sudah. Hmm..


Oke, it’s no matter again, kalau sampai sekarang, demi meminimalisir biaya hidup, aku masih harus pulang pergi cibubur-senen tiap hari; merasakan asap-asap kendaraan ibukota selama kurang lebih 4 jam; bela-belain udah mesti bangun jam 4 pagi dan udah ngantuk jam 8an malam; dan gak bisa ikutan kalau ada acara kumpul-kumpul sama teman-teman pulang kerja. Aku rela. Aku rela, kalau dengan begini Tuhan sedang mempersiapkan diriku untuk sesuatu yang lebih besar lagi nanti di depan sana.

Dan aku yakin Tuhan akan terus beri kekuatan.

Thanks for this training, God :')


Thursday, February 21, 2013

I love Your Way!


Tepat setahun yang lalu, 21022012 (tanggal simetris yang cantik), skitar jam 3 sorean, kami STAN angkatan 2008 yang diwisuda pada 12 Oktober 2011, menerima pengumuman penempatan instansi. Beberapa detik setelah membaca pengumuman: speechless..tak terbayangkan sebelumnya bahwa aku akan seterusnya di Jakarta.

Bener2 dalam kondisi yang tak percaya, dan setengah kurang terima. Soalnya di hari-hari sebelum penempatan itu, sudah ter-set di pikiranku bahwa aku akan bekerja di BPK (Badan Pemeriksa Keuangan, instansi favoritku), dan itu posisinya di Medan, kota asalku. Sudah terbayang, setiap pulang kerja nanti aku akan bawain buah-buahan untuk opungku yang senangnya luar biasa kalau dikasih buah. Terbayang juga, aku akan ngajarin adek-adekku yang selama ini sering nge-sms soal2 matematika dan aku sering kesulitan untuk menjelaskannya via sms. Terbayang juga aku akan belajar masak sama bou-bouku yang jago masak. Juga terbayang akan kembali melayani di pemuda/i/remaja gerejaku yang katanya sekarang makin redup.. :(

Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan. Itu yang membuatku speechless (dan bahkan sampai menitikkan air mata) selama beberapa menit. Haha Aku menyesali kenapa instansi ini cuma ada di Jakarta. Soalnya selama sebelumnya itu, aku hanya mempersiapkan diriku untuk ke daerah, bahkan untuk yang pelosok sekalipun (kalau gak dapat Medan). Aku udah berencana untuk mengajar anak-anak tetangga disana nantinya. Dan apapun itu yang bisa jadi berkat disana.

Jakarta, oh Jakarta. Padahal aku sudah mulai merasa senang akan meninggalkannya. Haha. Meninggalkan segala kepenatannya, kemacetannya yang luar biasa, dan segala kenangan yang ingin dilupakan (upz). Tapi kenyataan berkata lain. Aku harus tetap stay disini, sampai waktu yang hanya Tuhan yang tau.


Setahun setelahnya kini..

Tuhan mulai membukakan mataku terhadap apa-apa yang bisa ku dapat dan ku kerjakan disini yang mungkin gak akan bisa ku dapat dan ku kerjakan di tempat lain. Ada banyaaaak sekali. Dan tentu kepanjangan kalau diceritakan disini. :D (padahal baru setahun ya. hehe). Tuhan membukakan mereka satu per satu padaku, seiring dengan aku yang mencoba terus belajar menyerahkan segala keinginanku, pemikiranku, perasaanku, SELURUH hidupku kepadaNya.

Kalau ku lihat ke belakang, aku suka takjub melihat rentetan jalan Tuhan, yang dari kejadian yang satu yang kecil membawaku pada kejadian yang lain, dan dari kejadian yg lain itu membawaku lagi pada kejadian-kejadian yang sungguh sangat-sangat ku syukuri, yang kalau aku menyebutnya selama ini “seutil dariku, bejibun dariMu”. They’re all make me fascinated. :’)

I love Your Way!

Tau nggak, semalam sebelum pengumuman penempatan instansi itu (tanggal 20 Feb 2012 malamnya), aku tulis kalimat itu loh di layar depan hp-ku. Gara2nya kenapa ya? Kalau gak salah itu adalah kesimpulan dari pergumulan sengit dalam hatiku, ketika aku melihat banyak jalan-jalanku yang sudah kurancangkan dan ku coba untuk wujudkan, eh tapi bukannya hasilnya sesuai dengan yang diharapkan, tapi malah membawaku pada penyesalan yang besar. Dan waktu itu langsung ngebayangin andai aja aku ikut maunya Tuhan, pasti gak akan seperti itu. Jadi aku mulai memutuskan (lagi dan lagi) untuk mau mengikuti dan mencintai jalannya Tuhan. JalanNya saja.

Dan skarang, kata-kata itu mau tetap terus aku pegang. Kenapa? Ini bukan sekedar bicara tentang iman pengharapan, tapi juga karna aku udah ngalamin sendiri ketika aku mulai mencintai jalan (apapun itu) yang Tuhan hidangkan di hadapanku, hidupku mulai easy going! Dan aku tau hidup yang easy going itu sulit untuk didapatkan ketika aku masih ngotot dan ngotot terus sama kemauan-kemauanku.

Sampai sekarang pun aku masih terus belajar. Gak mudah emang, apalagi kalau kita pikir jalan kita itu udah sangat baik, tapi heran kenapa masih Tuhan gagalkan juga. Tapi aku percaya dan akan terus percaya jalan Tuhan adalah yang terbaik. Terbaik bagi siapa? Aku mengimani itu bagi semuanya. Semuanya. Tidak hanya bagiku sendiri, tapi juga bagi orang lain.

I love Your Way!
Karna aku tau dengan Siapa aku berjalan, yakni Sang Juruselamat, Allah yang Maha Luarbiasa (KasihNya dan SetiaNya).