Sekilas tentang si
kabar baik,
Surga diberikan Allah kepada kita secara cuma-cuma.
Sekalipun Ia tidak wajib memberikannya, dan sekalipun manusia tidak layak
menerimanya. Itu yang selama ini kita sebut anugerah. Surga itu bukan upah atau hasil yang didapat dari usaha manusia. Tidak. Sebesar apapun manusia
berbuat baik sana-sini, pelayanan sangat aktif dimana-mana, tetap itu semua
tidak berperan sedikitpun untuk beroleh akses ke surga itu. Semata-mata karena anugerah
Tuhan sajalah kita bisa memperolehnya.
Namun begitu, sayang seribu sayang, semua orang, ya SEMUA
orang tidak dapat menggapainya. Kenapa?
Apa yang menghalangi? Satu kata, dosa. Dosa adalah segala sesuatu yang melanggar
perintah Allah. Perintah Allah itu banyak. Ada larangan dan perintah di
dalamnya. Tidak hanya larangan mencuri, tapi juga perintah untuk memberi; tidak
hanya larangan membenci, tapi juga perintah untuk mengasihi semua orang; tidak
hanya larangan untuk sombong dan egois, tapi juga perintah untuk melayani
sesama. Jadi kalau kita tidak memberi, tidak mengasihi semua orang, dan tidak melayani, pun kita sudah berdosa. Dosa juga bukan hanya tentang yang dilihat atau dirasakan oleh sesama manusia.
Ya, dosa bukan hanya tentang perbuatan. Tapi juga tentang bagaimana isi hati
dan pikiran kita yang terselubung itu. Jangan lupa, Tuhan adalah Maha Tahu.
Kalau
begitu, dipastikan betapa kita manusia punya sangat banyak dosa. Dalam sehari
saja bisa berapa, apalagi sebulan,setahun, puluhan tahun?
Sementara itu kita suka lupa bahwa Allah itu adalah Allah yang Maha Kudus, yang
sangat membenci dosa walau sekecil apapun menurut manusia. Satu dosa akan
mencemari semua perbuatan baik kita. Ya layaknya ketika kita membuat sebuah kue
dalam rangka menyambut tamu yang akan datang ke rumah; kita sudah mencampurkan
terigu terbaik, gula terbaik, mentega terbaik. Tiba gilirannya memasukkan 10
telur. Telur pertama sampai telur kesembilan dalam kondisi baik. Tapi tak tau
kenapa, telur yang kesepuluh BUSUK! Dan itu sudah tercampur dalam adonan
“terbaik” itu. yahh..sayang sekali.
Sekarang, layakkah kue tadi kita makan bahkan sekedar sajikan untuk tamu kita itu?
Begitu jugalah dengan kita. Meskipun kita berusaha berbuat baik sebanyak
mungkin tetapi hanya karena 1 dosa, seluruh perbuatan baik kita tercemar dan
membuat kita tidak layak di hadapan Allah yang sempurna. Jadi dengan segala
cara dan usahanya, manusia mustahil untuk masuk ke surga.
Kalau
begitu, tentu harus ada cara yang berbeda.
Mari lihat ke Pencipta kita, Allah. Begitu banyak sifat Allah yang Maha-Maha,
tapi mari sebentar kita fokuskan kepada dua sifatNya. Maha Kasih dan Maha Adil.
Selama ini banyak dari kita yang memiliki pengertian yang salah tentang Allah.
Kita berpikir Allah itu seperti seorang kakek yang sangat menyayangi cucunya,
tak peduli dengan kenakalan-kenakalannya. Sayang dan terus sayang, saking
sayangnya, kenakalan si cucu didiami saja, tak ada penghukuman sehingga
kenakalan pun semakin merajalela.
Benarkah Allah seperti itu? Mengutamakan
kasih tapi mengabaikan keadilan..?
Sebaliknya, banyak juga di antara kita yang merasa bahwa Allah itu seperti
seorang polisi yang selalu menegakkan keadilan dan keadilan saja, tak peduli
akan alasan apapun termasuk alasan seorang ibu yang ketangkap basah mencuri
emas demi bisa membawa berobat anaknya yang sakit, dan sekalipun si ibu
berjanji sambil memohon-mohon tidak akan mengulangi lagi perbuatan itu. Sebagai polisi yang baik,
tentu keadilan harus ditegakkan. Hukuman harus dijalankan.
Benarkah Allah juga seperti itu? Yang hanya menegakkan keadilan, tapi mengabaikan
kasih..?
Sulit dipercaya, tapi inilah kenyataannya, bahwa Allah sesungguhnya adalah
Kasih sekaligus Adil. Kasih artinya tidak ingin menghukum. Adil artinya harus
menghukum. Antara “tidak ingin” dan “harus” terdapat suatu DILEMA yang besar!
Dan dilema ini diselesaikan Allah dengan pengorbanan DiriNya.
Satu cerita akan membuat kita mengerti hal ini.
Dulu di permulaan abad ke-20 di Rusia ada seorang jenderal yang terkenal dengan
keadilannya. Namanya Shamila. Suatu hari didapati di daerah kekuasaannya terjadi pencurian makanan. Dan itu sudah terjadi beberapa kali. Persediaan makanan
sangat mereka jaga mengingat susahnya mengumpulkan makanan. Mengetahui hal ini,
Sang Jenderal naik pitam, lantas mengumumkan bahwa siapa saja yang ketangkap basah
mencuri makanan akan diberi hukuman cambuk 50 kali di muka umum. Selang berapa
hari, tertangkaplah pencurinya! Dan ternyata pencurinya adalah ibu kandungnya
sendiri! Ia sangat sedih dan bingung, karena tidak
mungkin ia membiarkan ibunya dihukum cambuk 50 kali, karena ia sangat mengasihi
ibunya. Di sisi lain, ia sudah terlanjur mengeluarkan peraturan di hadapan
seluruh rakyat, yang berlaku untuk semua rakyat tanpa kecuali. Hari-hari
berlalu, Jenderal sulit makan dan sulit tidur karena stress yang dialaminya.
Sampai hari penghukuman akhirnya tiba. Beberapa bawahannya semakin membuat ia
dilema. “Jika Jenderal menghukumnya, maka Jenderal tidak bijaksana. Bagaimana
mungkin Jenderal menghukum ibumu sendiri?!” Tetapi ada yang berpendapat lain.
“Jika Jenderal tidak menghukumnya, maka Jenderal tidak adil. Peraturan itu
berlaku untuk siapapun yang melakukannya, tanpa kecuali.”
Rakyat sudah berkumpul di lapangan, menantikan apa
yang akan terjadi pada ibu dari si Jenderal ini. Si ibu sudah ditempatkan di
tengah lapangan. Sang Jenderal menghampiri ibunya, lalu memeluknya dan
menangis, ia berkata, “Bu, aku sangat mengasihi Ibu. Aku sangat kecewa mengapa
ibu melakukannya, tetapi aku tidak ingin ibu dihukum. Namun aku Jenderal yang
adil bu, dan hukuman harus tetap dijalankan.” Tetapi setelah itu, Sang Jenderal
melepaskan jubahnya, memakaikannya pada ibunya, lalu ia memanggil para algojo
yang sudah siap dengan alat cambukan, dan memerintahkan mereka untuk mencambuki
Sang Jenderal 50 kali. Demikianlah Sang Jenderal dicambuki sampai babak belur.
Sepanjang hukuman itu berlangsung, sang ibu menangis begitu rupa. Ia tahu,
seharusnya ialah yang mengalami hukuman itu.
Begitulah, kasih dan keadilan hanya dapat bertemu melalui pengorbanan. Begitu
juga dengan Allah. Kasih dan keadilan Allah ditunjukkan melalui pengorbanan
DiriNya di dalam Yesus Kristus.
Kristus
adalah Allah yang mengorbankan DiriNya menjadi manusia, masuk ke dalam rahim
seorang perawan (bukan hasil persetubuhan antara pria dan wanita), dilahirkan
sebagai 100% manusia, sehingga menjadi sejajar dengan manusia, merasakan apa
yang dirasakan manusia, juga memberi teladan kepada manusia tentang bagaimana
hidup yang ilahi selama di dunia. Setelah tiba waktunya, Yesus yang memiliki
perbedaan dengan manusia (manusia berdosa, Yesus sempurna tak bercela. Dia
sempurna karena itu Dia dapat menggantikan kita menanggung hukuman dosa) disiksa
dan mati di kayu salib untuk menjalani seluruh hukuman atas dosa kita. Sebelum
mati Yesus berkata: “sudah selesai.” Yang dimaksud Yesus adalah bahwa proses
penebusan dosa yang dilakukanNya sudah selesai satu kali untuk selama-lamanya.
Tebusan yang diminta Allah bagi dosa kita (maut) telah dibayar lunas oleh
Yesus, dengan kematianNya sendiri di kayu salib. Lalu Ia bangkit dari kubur,
naik ke surga. Dan oleh kemenanganNya atas maut, sekarang Dia menawarkan
hidup kekal kepada kita sebagai anugerah/hadiah cuma-cuma.
Dan hidup
kekal itu hanya dapat diterima dengan iman.
Maukah
kita menerimanya? Ya, sudah banyak yang berkata ya. Tapi hati-hati, jangan
sampai kita terjebak dalam iman yang tidak menyelamatkan. Contoh iman yang
tidak menyelamatkan itu ada tiga.
Pertama, iman yang melompat dalam gelap (maksudnya ketika kita berada di suatu tempat yang sangat amat gelap, lalu kita mendengar suara dari belakang yang berkata “lompat!”, kita pun melompat, padahal yang di depan kita persis itu adalah jurang), dengan kata lain percaya gitu-gitu aja, tidak tau apa dan siapa yang dia percayai, just ngikut2, yang ujung-ujungnya jadi gampang disesatin.
Yang kedua, iman yang hanya berdasarkan akal saja. Contohnya, darimana kita tahu bahwa SBY adalah Presiden Indonesia? Apakah kamu sudah pernah bertemu beliau? Kita tahu dari koran, televisi, media massa. Mungkin juga kita tahu sejarahnya, karier politiknya, segala sesuatu tentang dia. Tetapi bila kita mau masuk ke rumahnya dengan mengandalkan pengetahuan itu, maka kita tidak akan diterima di rumahnya. Karena SBY tidak mengenal kita, walaupun kita tahu banyak tentang dia. Banyak juga orang tahu tentang Yesus dari pelajaran agama, sekolah minggu, dan gereja. Tetapi hanya sebatas tahu. Pengetahuan tentang Yesus tidak dapat membuat kita masuk surga.
Yang ketiga, iman yang sementara, maksudnya setuju dan sudah mengandalkan Yesus untuk hal-hal yang sementara di dunia, tetapi bukan untuk memperoleh hidup kekal. Masih mikir bahwa dia beroleh jalan kepada hidup yang kekal itu adalah karena perbuatan baik dan pelayanannya.
Pertama, iman yang melompat dalam gelap (maksudnya ketika kita berada di suatu tempat yang sangat amat gelap, lalu kita mendengar suara dari belakang yang berkata “lompat!”, kita pun melompat, padahal yang di depan kita persis itu adalah jurang), dengan kata lain percaya gitu-gitu aja, tidak tau apa dan siapa yang dia percayai, just ngikut2, yang ujung-ujungnya jadi gampang disesatin.
Yang kedua, iman yang hanya berdasarkan akal saja. Contohnya, darimana kita tahu bahwa SBY adalah Presiden Indonesia? Apakah kamu sudah pernah bertemu beliau? Kita tahu dari koran, televisi, media massa. Mungkin juga kita tahu sejarahnya, karier politiknya, segala sesuatu tentang dia. Tetapi bila kita mau masuk ke rumahnya dengan mengandalkan pengetahuan itu, maka kita tidak akan diterima di rumahnya. Karena SBY tidak mengenal kita, walaupun kita tahu banyak tentang dia. Banyak juga orang tahu tentang Yesus dari pelajaran agama, sekolah minggu, dan gereja. Tetapi hanya sebatas tahu. Pengetahuan tentang Yesus tidak dapat membuat kita masuk surga.
Yang ketiga, iman yang sementara, maksudnya setuju dan sudah mengandalkan Yesus untuk hal-hal yang sementara di dunia, tetapi bukan untuk memperoleh hidup kekal. Masih mikir bahwa dia beroleh jalan kepada hidup yang kekal itu adalah karena perbuatan baik dan pelayanannya.
Hati-hati,
jangan terjebak dalam iman-iman palsu seperti itu.
Jadi iman
yang menyelamatkan itu adalah percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamatnya
untuk memperoleh hidup kekal itu.
Percaya.
Percaya bukan hanya sekedar di mulut. Percaya itu meliputi segenap akal
pikiran, perasaan, seluruh hidup kita.
Kabar Baik itu.. Mengubahkan!
Selama
hampir 22 tahun, seorang Reni berpikir bahwa Tuhan itu sangat-sangat baik
kepadanya. Iya, sangking baiknya, Tuhan tidak masalah kalau aku masih mau
berkompromi melakukan dosa-dosa favorit. Sangking baiknya, Tuhan akan memaklumi
kalau aku masih suka TTM-an dengan pacar orang selama 2 tahunan, dan melakukan
dosa-dosa yang menjijikkan lainnya. Padahal waktu itu sudah menyandang status
sebagai pelayan Tuhan, bahkan sebagai gembala! Dan padahal sudah ngaku-ngaku
bahwa sudah hidup baru dari kapan tahun. Hah! Seorang Reni berpikir, toh masih
bisa minta ampun ini nanti di akhir. Menyedihkan.
Aku juga
udah jadi batu sandungan bagi orang lain. Di saat status-status FB-ku berkata
aku ini seorang yang baik, manis, segala macamlah, tapi kenyataannya kelakuanku bertolak
belakang dengan kata-kataku, bahkan dengan statusku sebagai pelayan Tuhan. Bukan hanya orang lain, tapi aku sendiri juga menilai bahwa aku ini
sangat munafik!
Berapa
banyak dari kita yang melewatkan begitu saja kalimat dari iman yang
menyelamatkan itu “percaya bahwa Yesus adalah Tuhannya”? Aku termasuk
salah-satunya.
Baru di
usia yang ke-22 tahun, seorang Reni akhirnya “ngeh” juga bahwa ketika seseorang
meyakini bahwa Yesus adalah Tuhannya (Tuannya), ia pun tentulah harus menaati
perintah Tuannya, tentulah harus mengikuti teladan hidup Tuannya selama di
dunia. Iya donk? Namanya juga Yesus yang udah jadi Tuan kita. Kalau gak mau
nurut, udah bukan hamba Allah lagi namanya. Sesungguhnya, manusia itu kodratnya adalah
seorang hamba. Dan cuma ada dua jenis hamba. Hamba Allah, dan hamba dosa.
Tidak ada di pertengahan. Jadi, silahkan memilih satu dari dua.
Ketika seseorang mengatakan bahwa ia udah terima Kristus, udah hidup baru, tapi
masih suka/ingin melakukan dosa, masih tidak mau berusaha menjauhkan diri dari
godaan, dikhawatirkan jangan-jangan selama ini ia belum memegang iman yang
menyelamatkan itu. Kenapa? Karena iman kita akan kelihatan/ketahuan dari
perbuatan kita. Bukankah dikatakan iman tanpa perbuatan adalah mati? Dan aku
mengkhawatirkan jangan-jangan sampai usia 22 tahun itu aku masih belum selamat
(oh My God..). Jadi kalau seseorang udah
lahir baru, atau terima Kristus, atau sudah diselamatkan, hidupnya pun akan
meniru Tuhan Yesus dalam hal berperilaku, berkehendak, dan berperasaan, dalam
segala aspek hidupnya.
Jadi
teringat sebuah renungan dalam salah satu bukunya Pak Yohan Candawasa berikut
ini:
“Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman di dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku” (Galatia 2 : 19b-20)Berdasarkan ayat di atas, kita tahu bahwa sesungguhnya yang mati di salib itu ada dua orang: aku dan Kristus. Kristuslah yang pertama-tama disalibkan bagi kita demi menyediakan kemerdekaan dan kehidupan rohani bagi kita. Kita kemudian menginginkan “penyaliban” bersama Dia sebagai wujud keserupaan denganNya.John Bunyan, penulis karya terkenal the Pilgrim’s Progress, berkata,”There is no Christianity without the cross, the cross that carries us and the cross that we carry,” (tanpa salib, salib yang memikul kita dan salib yang kita pikul, maka kekristenan tidak pernah ada).
Haah..Betapa
beruntungnya diriku ini masih diberi grace
kesempatan sama Tuhan untuk benar-benar mengenal dan memegang konsep
keselamatan yang benar itu. Tak mau aku menyia-nyiakan kesempatan yang sangat berharga ini. Kini aku memutuskan untuk hidup radikal. Hidup yang
membenci dosa (menyalibkan keinginan-keinginan yang berdosa) dan mengejar
kehidupan yang menyenangkan hati Tuhan.
Kabar Baik itu.. Membebaskan!
Tuhan
begitu luar biasa baiknya. Dia masih mau mengampuniku, meskipun dosaku sudah
sangat besar seperti itu, yang bahkan aku sendiri sulit untuk mengampuninya.
Tapi apa kata Tuhan? Ia telah menghapuskan kesalahan-kesalahanku. Tidak hanya
itu, Ia juga melemparkan jauh-jauh segala dosa yang telah kuperbuat ke dalam
tubir-tubir laut, karena kasihNya yang besar padaku. Oh God.. I’m fascinated..
Kalau Tuhan saja yang Maha Kudus itu bisa membuang dosaku sebegitunya, kenapa aku
sendiri enggak?
Iya, aku
ingin seperti Paulus yang bilang “aku melupakan
apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku,
dan berlari-lari kepada tujuan untuk
memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. “
Tidak
hanya membebaskanku dari rasa bersalah yang besar, Kabar Baik itu juga udah
membebaskanku dari perasaan-perasaan jelek seperti khawatiran, minder dan iri
hati, membenci orang lain, dan dendam. Semua perasaan itu tak ada gunanya sama
sekali, yang ada malah menyesaki dada saja.
Sekarang-sekarang
ini banyak kondisi yang menggoda untuk munculnya perasaan-perasaan itu. Kalau
sudah begitu, ini yang sering aku ucapkan dalam hati “Tuhan itu sangat sayang padaku.
Tak perlu khawatir, nyawaNya saja
diserahkan kepadaku, apalagi lah yang lain-lain itu, dan Dia sangat tau apa
yang terbaik untukku.
Tak perlu minder dan iri pada orang lain, aku sangat berharga di mataNya; Tuhan yang Maha Sempurna itu mengatakan aku
ini ciptaanNya yang sangat baik; yang ada pada diriku sekarang itu adalah
yang terbaik buatku; lagipula apa yang mau diiriin sih ren, toh segala
sesuatunya yang ada di dunia hanya sementara, sangat sementara; nanti segalanya
akan kau dapat di Surga sana, kekal lagi.
Tak perlu membenci orang lain,
apalagi dendam, ingat, Allah yang begitu
kudus saja mau mengampuni dan melupakan segala dosamu yang sangat banyak itu,
masa kamu (yang sama-sama menerima grace
pengampunan dari Tuhan) sangat ogah mengampuni dan melupakan kesalahan orang
lain padamu (yang bukanlah apa-apa dibanding dosamu kepada Tuhan)?”
Memperkatakan firman Tuhan biasanya ngefek banget. Hari-hariku
jadi lebih mudah, ringan, dan enjoy! :)
Ohya, ada
satu lagi perasaan yang sampai detik ini terus-menerus butuh pertolongan Tuhan
untuk membebaskannya. Yaitu perasaan ingin dipuji, ingin dimuliakan. Hampir
tiap detik aku bergumul dengan perasaan yang satu ini. Di dalam setiap
keinginan berbuat baik pada orang lain, entah kenapa sering tersempil juga
keinginan untuk dilihat sama orang lain, lalu dipuji. Ya sampai detik ini.
Kalau sudah sadar begitu, segera aku komat-kamitin “bahwa aku ini hanyalah
sebutir debu, yang bisa ada sebagaimana ku ada sekarang, semuaah hanya karna
kasih karunia Tuhan. Sadar Ren sadar! Allah saja yang sebegitu tingginya mau
merendahkan diriNya serendah-rendahnya, hanya demi menyelamatkan dan melayani manusia
yang hina seperti kamu, kog jadi kamu, yang seujung jari pun tidak di hadapan
Allah Sang Pencipta jagad raya, malah sempat-sempatnya ingin mencuri kemuliaan
Allah!”
Ya, aku
mau terus berjuang naklukin perasaan itu. Dan aku yakin Tuhan akan terus mampukan.
Ah..Injil bener-bener
harta karun banget. Karena itu tak heran kenapa aku rindu untuk terus membagikannya
kepada sebanyak mungkin orang. Aku ingin mereka juga boleh merasakan pembaharuan
dan pembebasan yang sama sepertiku, sehingga tak ada lagi jiwa-jiwa yang
tertawan oleh dosa, tak ada lagi yang merasa dirinya udah tak berharga sama
sekali dan tak bisa bangkit lagi.
Tuhan
sangat cinta pada kita bagaimanapun keadaan kita saat ini, bagaimanapun
besarnya dosa kita di masa lalu. Dia sanggup memulihkan dan memperbaharui kita
sehancur apapun kita sudah merusaknya. Mari beri hati kita FULL kepada Tuhan, dan Dia akan
mengubahnya menjadi indah!
"Come now, let us settle the matter," says the LORD. "Through your sins are like scarlet, they shall be as white as now; though they are as crimson, they shall be like wool"
(Isaiah 1 : 18)
God will heal your hurts and trauma, give reedom to you, who are captivated in "darkness" like prisoners. Yes, He will comfort your mourning and give you BEAUTY for ashes.
(Isaiah 61 : 1-3)
Kabar baik itu telah datang pada kita. Mari segera pegang, jangan ada kata "nanti". Tak seorang pun yang mengetahui kapan kehidupannya di dunia akan berakhir. Bisa sejam lagi, bahkan lima menit lagi, bahkan sedetik lagi.
Kesenangan dunia yang sementara akan segera terlupakan oleh siksaan yang kekal di api neraka. Begitu juga dengan penderitaan (baik karna penyaliban keinginan-keinginan yang berdosa, maupun karena mempertahankan iman) yang sementara di dunia, akan segera terhapuskan dan tergantikan oleh kebahagiaan yang KEKAL di surga nanti.
Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. (Roma 8:18)
Kabar Baik
itu bukanlah kabar baik, kalau tidak sampai mengubahkan dan membebaskan
kita.
God bless.
ayat-ayat
acuan :
Sekilas
tentang si kabar baik (Roma 6:23, Eesus 2:8-9, Roma 3:23, Matius 5:48, Yeremia
31:3, Keluaran 34:7b, Roma 6:23, Yohanes 1:1, Yohanes 1:14, Yesaya 53:6b, II
Korintus 5:21, Yohanes 19:30a, Roma 6:23b, Roma 10:9)
Kabar Baik
itu mengubahkan (Roma 6, Yakobus 2:17)
Kabar baik
itu membebaskan (Mikha 7:19, Filipi 3:13, Yesaya 43:4, Kejadian 1:31, Matius 6:25,
Mat 18:21-35)
adek, aku sangat belajar banyak dari tulisan ini. Terima kasih ya. I miss you :)
ReplyDeleteAku juga belajar banyak hal darimu kakak, khusunya tentang endurance and perseverance :) Miss you too.. *ntah kapan ya kita merealisasikan satu resolusi itu, dan aku mendapatkan hadiahku :p
DeleteMakasih untuk pemberitaan firman ini kak. Tuhan memberkati dan menguatkan kita :)
ReplyDelete