Setiap
orang membutuhkan Allah. Setiap orang - tidak ada yang tidak - butuh
mendengarkan Injil, Kabar Baik itu.
- Kabar Baik tentang Allah yang begitu mengasihi manusia (yang padahal sudah begitu menyakiti hatiNya) sampai-sampai Ia yang Maha Mulia itu mau merendahkan DiriNya serendah-rendahnya menjadi manusia dan, tak cukup hanya sampai disitu, Ia juga mau turun sampai ke lubang maut mengalahkan maut kekal itu yang sebenarnya adalah hukuman atas dosa-dosa manusia yang begitu besar pada Allah, sehingga dengan demikian Ia dapat menyelamatkan manusia dari hukuman hebat itu. Ya, Ia sungguh adalah Allah yang tidak hanya Maha Adil -harus menghukum- tapi juga Maha Kasih -tidak ingin menghukum-.
- Kabar baik tentang Allah yang datang untuk memberikan DiriNya mengisi lubang-lubang dalam jiwa manusia. Seorang pengkhotbah mengatakan bahwa setiap kita lahir ke tengah-tengah dunia membawa tujuh lubang di dalam jiwa kita. Lubang-lubang ini yang akan mendikte seluruh kehidupan kita dari lahir sampai mati. Lubang-lubang itu antara lain: rasa takut (fear/insecure) yang membutuhkan rasa aman; rasa malu (shame) yang membutuhkan kemuliaan, pujian, dan pujaan; rasa bersalah (guilty) yang membutuhkan pengampunan; rasa kesepian (lonely) yang membutuhkan adanya orang yang mendampingi; rasa tertolak dan tak diinginkan (unwanted atau rejected) yang butuh dicintai dan diinginkan; rasa tidak berdaya (helpless) yang membutuhkan kuasa, entah berupa uang, ilmu, backing, atau entah berupa apa; dan yang terakhir, rasa kekosongan (emptiness) yang membutuhkan hidup yang penuh (fulfillment). Allah datang untuk mengisi lubang-lubang itu, karena hanya Allah lah yang sanggup mengisinya. Karena lubang itu besarnya sebesar Allah, jauh lebih besar dari manusia, harta, jabatan dan segala apapun yang ada di dunia, maka setiap orang pada dasarnya dan pada akhirnya dalam pencariannya di dunia ini adalah mencari Allah.
Injil
juga menjadi dasar yang paling dasar
bagi seseorang untuk berubah.
Bila seseorang telah benar-benar mengalami dan merasakan karya dan kasih Allah
yang begitu besar
dalam hidupnya sehingga ia yang tadinya harus
dihukum di api neraka selama-lamanya menjadi beroleh anugerah keselamatan dan
hidup kekal bersama Allah di surga, maka hidupnya pun dengan
sendirinya akan mengalami pembaharuan, meninggalkan cara hidup lama yang
ego-sentris menjadi hidup baru yang berpusatkan pada Allah. Jadi kalau ingin
melihat orang lain bisa berubah, pertama-tama kita harus sampaikan Injil
padanya!
Rick
Warrens mengatakan:
You’re not going to solve the state of the world until you first deal with the souls of people. You can’t legislate change. You can’t force people to change. You can’t make a law that makes people be nice to each other. They have to change their worldview.People need God. And they need truth. They’ve built their houses on shifting sand, and when the crisis comes they’re going, “Where’s the hope?” They’re like a group of people who’ve been walking across the Sahara Desert for weeks without water. Their throat is parched and their lips are cracked, and they’re going, “Would somebody please give me a drink of living water? Will somebody please show me how my life can have meaning and significance and purpose? I’m successful, but I don’t feel significant.”We have what they need. We have the Living Water of God’s truth that refreshes and restores and rejuvenates and revitalizes and changes our lives. We have the message. We have to know what we believe and why we believe it, share it, and then live it.That, friends, will change the world.
Setiap
orang yang telah diselamatkan, yang telah mengaku dengan mulutnya dan percaya
dalam hatinya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamatnya (Roma 10:9), dengan sendirinya pun ingin membagikan kabar baik
itu juga kepada orang lain yang belum diselamatkan.
Ketika
Yesus Kristus yang menjadi Tuhan (Tuan) kita, maka secara naluriah pun kita
ingin menuruti apa kata Dia, Tuan kita, dan mengikuti teladanNya.
Atas pertanyaan orang farisi dan ahli taurat yang menanyakan manakah hukum yang paling utama, Yesus menjawab “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Atas pertanyaan orang farisi dan ahli taurat yang menanyakan manakah hukum yang paling utama, Yesus menjawab “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Ketika
Yesus memberikan kita perintah untuk mengasihi Allah dengan segenap hati kita,
dan mengasihi sesama manusia seperti diri kita sendiri, bukankah sebenarnya itu
juga berarti agar kita
membagikan Injil kepada orang lain agar tidak hanya kita saja, tetapi juga
orang lain, dapat diselamatkan, sebagaimana yang dikehendaki Allah juga?
"Sebab
inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu
supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya
kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada
akhir zaman."
(Yoh 6:40)
"karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat."
(2 Pet 3:9b)
(Yoh 6:40)
"karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat."
(2 Pet 3:9b)
Dalam
perumpamaan talenta yang diibaratkan hal Kerajaan Sorga, kepada hamba yang
melipatgandakan talenta, tuannya menyuruhnya tinggal bersama dengan
tuannya dalam kebahagiaan. Namun kepada hamba yang tidak melipatgandakan
talenta itu, tuannya tidak cukup membiarkannya begitu saja, tapi menghukum dia
dengan mencampakkannya ke dalam kegelapan yang paling gelap dimana terdapat
ratap dan kertak gigi.
Begitu
pula yang akan terjadi pada orang yang telah menerima Injil namun tidak
melipatgandakannya dengan membagikannya kepada orang lain.
Mari kita jadikan bersaksi sebagai gaya hidup (lifestyle)
kita sebagai pengikut Kristus. Tidak cukup hanya dengan karya, tapi juga harus
dengan kata.
Tuhan memimpin. Tuhan mampukan.
***
Tetapi
bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada
Dia?
Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar
tentang Dia.
Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang
memberitakan-Nya?
Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka
tidak diutus?
Seperti ada tertulis: "Betapa indahnya kedatangan mereka yang
membawa kabar baik!
Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu.
Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu.
Yesaya sendiri berkata:
"Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami?"
Jadi, iman
timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.
(Roma 10:14-17)
(Roma 10:14-17)
No comments:
Post a Comment